Life

Apple Ubah Port Charger iPhone Jadi USB-C, Apakah Akan Menambah Masalah Baru?

Bersamaan dengan rilisnya iPhone 15, Apple mengganti kabel charger tipe Lightning menjadi USB-C yang lebih universal karena desakan Uni Eropa. Meski dinilai baik dalam jangka panjang, ada hal-hal yang jadi catatan bagi pelaku industri.

Written by
Vania Evan
Published
June 18, 2023

Ada satu kesamaan antara para pemakai device Apple: mereka sama-sama sering mengeluh soal charger-nya. Selain terkenal karena tidak tahan lama, Apple sudah beberapa kali membuat inisiatif soal charger yang perlu dipertanyakan manfaatnya bagi pengguna. Akhir tahun 2023, Apple mengubah port charger iPhone 15 menjadi USB-C, tipe charger universal yang sama dengan device dari berbagai merk. Apakah keputusan ini dapat mengurangi sampah elektronik? Apa ada dampak lainnya yang justru akan merugikan para penggunanya?

Keputusan ini akhirnya diambil Apple karena terpaksa. Akhir tahun 2022, Uni Eropa meloloskan peraturan bahwa semua elektronik kecil atau besar harus didesain dengan port charger USB-C. Hampir seluruh merk elektronik sudah memenuhi ketentuan ini, kecuali iPhone. 

Keterpaksaan ini keluar sendiri dari mulut Senior Vice President Worldwide, Greg Joswiak ketika diwawancarai oleh Wall Street Journal. Greg mengakui bahwa perdebatan pro-kontra charger Lightning mereka sudah berlangsung selama sepuluh tahun, dan peraturan baru Uni Eropa ini berpotensi pada menumpuknya sampah charger Lightning yang telah dimiliki banyak orang. "Sudah jelas kami harus menaati [peraturan tersebut]. Kami tidak punya pilihan dan sama seperti di belahan lainnya di dunia, kami harus patuh pada peraturan setempat," tutup Greg. 

Sebelum menyentuh apakah kekhawatiran Greg soal potensi menggunungnya sampah elektronik akan benar-benar terjadi, mari kita kilas balik dan lihat keputusan-keputusan Apple yang lain dari yang lain dalam hal pengadaan charger produk-produk mereka.

Apple dan pilihan charger yang 'ujung-ujungnya duit'

Ketika iPhone 5 baru saja rilis pada tahun 2012, Apple memperkenalkan charger tipe Lightning yang bisa dibolak-balik. Charger tipe Lightning ini muncul dua tahun lebih awal sebelum USB-C diciptakan. Masalahnya, tidak semua elektronik menggunakan tipe charger yang sama. Oleh karena itu, Apple juga merilis dongle yang menghubungkan antara kabel tipe Lightning mereka dengan jack 3,5 mm agar penggunanya tetap bisa menggunakan earphone berkabel atau menghubungkan iPhone mereka ke speaker. Konektor ini tidak diberikan secara gratis, melainkan dijual dengan harga 29 dolar AS, atau setara dengan 450 ribu rupiah (kurs 14 Januari 2024). 

Delapan tahun kemudian pada tahun 2020, berbarengan dengan rilisnya iPhone 12, Apple mengumumkan kalau mereka tidak akan lagi menyertakan adapter sepaket dalam pembelian iPhone baru. Alasannya, agar kotak dus iPhone dapat menjadi lebih kecil yang berarti "dalam satu palet pengiriman akan dapat menampung iPhone yang lebih banyak hingga 70%" dan juga akan berdampak pada "pengurangan emisi karbon hingga 2 juta metrik ton".

Sekilas, keputusan ini membuat Apple terlihat memedulikan dampak operasional bisnisnya terhadap lingkungan. Toh memang, layaknya elektronik lainnya, adapter tidak seperti makanan yang dapat habis setelah dipakai berkali-kali. Sehingga, orang yang membeli iPhone 12 tinggal memakai adapter yang mereka punya di rumah. Masalahnya, tidak semua orang yang membeli iPhone 12 telah memiliki iPhone sebelumnya. Jika iPhone 12 jadi pintu masuk bagi pengguna Android untuk beralih menjadi pengguna Apple, mereka tetap harus membeli adapter yang kompatibel dengan iPhone. Lagi-lagi, jadi tambahan pemasukan bagi Apple. 

Bahkan, dengan munculnya tipe charger Lightning yang khas bagi Apple, muncul sertifikasi MFI, kependekan dari Made for iPod, Made for iPod, atau Made for iPad. Program ini memastikan bahwa kabel Lightning yang diproduksi oleh pihak lain selain Apple telah melalui proses pengetesan dan telah disetujui oleh Apple. Jika ada logo MFI ini pada kardus kabel Lightning merk non-Apple, artinya kualitasnya cukup terjamin. Program MFI ini sendiri juga jadi sumber pemasukan lain bagi Apple. Sebesar 10% dari nilai penjualan kabel Lightning oleh merk apa saja akan mengalir ke kas Apple.

Bisa terlihat dari dua contoh keputusan Apple soal charger di atas diambil untuk mengeruk profit, meski mereka mengklaim niat baik untuk mengurangi dampak bagi lingkungan. Tidak menyertakan charger dalam setiap pembelian iPhone memang mengecilkan beban pengiriman dan berujung pada pengurangan emisi, tapi mengabaikan keperluan pengguna iPhone untuk membeli kabel baru yang sama-sama butuh energi untuk diproduksi. 

Serba-serbi soal charger USB-C

Jika dibandingkan dengan kabel tipe Lightning cetusan Apple, kabel USB-C dapat mengisi daya dengan lebih cepat. Sehingga, waktu pengisian daya elektronik kita dapat menjadi lebih cepat dan mengurangi kebutuhan listrik kita.

Kabel-kabel USB-C juga tersusun atas ragam bahan baku yang lebih sedikit dibanding kabel Lightning. Hal ini akan berdampak pada tingkat daur ulangnya. Semakin sedikit jumlah campuran bahan baku yang membentuk suatu barang, semakin tinggi tingkat daur ulangnya. 

Secara ketahanan, tipe USB-C juga lebih kuat dibanding tipe Lightning. Pengguna dapat memakai satu kabel dalam waktu yang lebih lama, sehingga meniadakan kebutuhan untuk sering-sering membeli charger baru. Sampah elektronik akan berkurang, begitu juga dengan energi yang diperlukan untuk memproduksi kabel baru. 

Secara realistis, kabel USB-C memang lebih baik. Namun Apple sendiri berkomentar bahwa keputusan Uni Eropa untuk membuat standarisasi kabel charger elektronik akan membuat timbunan sampah elektronik yang menggunung karena secara bersamaan banyak orang yang akan membuang kabel Lightning mereka. 

Padahal, tidak semua pengguna iPhone membeli iPhone 15 yang membutuhkan kabel USB-C. Bagi mereka yang tetap menggunakan iPhone lama mereka tidak perlu membeli kabel baru dan membuang kabel Lightning mereka. Tidak dapat dipungkiri bahwa akan ada lonjakan sampah elektronik terutama dari orang-orang yang memutuskan membeli iPhone 15 dan perlu membuang kabel Lightning mereka. 

Lonjakan tersebut tapi dinilai sebagai trade-off masa transisi ini. Ke depannya, Uni Eropa memprediksi regulasi standarisasi charger ini akan mengurangi hingga seribu ton sampah elektronik per tahun. Meski memiliki dampak yang baik jangka panjang, Uni Eropa juga perlu memberi satu lagi tambahan tugas bagi para pelaku industri teknologi. Perlu adanya program edukasi agar pengguna produk teknologi dapat lebih bertanggung jawab dalam memakai dan membuang kabel-kabel mereka, tidak lupa juga segala aksesorisnya atau bahkan device itu sendiri.