Fashion & Beauty

Cantik Tanpa Mikroplastik: Baik-baik Pilih Kosmetik

Kita sudah terpapar mikroplastik lewat makanan, air minum, dan masih banyak lagi. Yakin masih mau tambah paparannya dari kosmetik yang mengandung mikroplastik?

Written by
Vania Evan
Published
June 18, 2023

Dari sekian banyak produk yang saya pakai atas nama perawatan diri, memakai produk-produk eksfoliasi masuk nominasi ritual yang paling saya sukai. Bagaimana tidak, setelah selesai mengaplikasikan butiran-butiran halus baik itu dalam body scrub atau masker wajah, kulit terasa seperti habis disetel ulang. Mendadak halus secara tekstur, bahkan terlihat sedikit lebih cerah. 

Selain karena pengalaman pemakaian yang menyenangkan dan membuahkan hasil yang cukup instan, eksfoliasi cukup disarankan para dermatologis untuk mengangkat sel-sel kulit mati sehingga produk skincare dapat bekerja maksimal. Sayangnya, scrub-scrub itu umumnya mengandung mikroplastik, atau jenis plastik yang berukuran lebih kecil dari 2 mm dan tidak terlihat secara kasat mata. 

Dari 5,25 triliun partikel plastik yang ada di lautan, 92% di antaranya merupakan mikroplastik, menurut sebuah studi yang dilakukan oseanografer Markus Eriksen berjudul Plastic Pollution in the World's Oceans (2014). Memang sih, tidak semua mikroplastik yang ada di lautan merupakan sumbangan dari produk kosmetik. Ada juga yang merupakan pecahan dari plastik lain berukuran besar. Namun jika kosmetik yang kita mengandung mikroplastik, masihkah kita mau memakainya demi merasa cantik?

Bukankah kosmetik yang ada di pasaran telah melalui uji coba?

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebagai pihak pengawas keamanan produk kosmetik yang beredar di pasaran memang tidak memasukkan kandungan mikroplastik dalam daftar hitamnya. Jangankan kosmetik, BPOM pernah mengeluarkan pernyataan yang terbit di situs resminya berisi himbauan agar masyarakat tidak khawatir akan keberadaan mikroplastik dalam air minum kemasan atas dasar dua alasan. Pertama, mikroplastik masih menjadi subjek yang diamati perkembangannya di dunia. Kedua, bahwa belum ditemukan adanya bahaya mikroplastik bagi tubuh manusia. 

Badan pengawas yang setara dengan BPOM di Amerika Serikat, Food and Drug Administration (FDA) punya pendapat yang senada dengan BPOM poin kedua. Bedanya, FDA mengeluarkan Microbead-Free Waters Act of 2015 yang melarang pembuatan, pengemasan, dan pendistribusian kosmetik yang mengandung mikroplastik, terutama yang perlu dibilas, termasuk pasta gigi. Peraturan ini sudah mulai berlaku sejak 2017 untuk kosmetik dan 2018 untuk obat-obatan tanpa resep.

Kalau alasan pelarangan mikroplastik bukan keamanan, mengapa perlu dilarang peredarannya? Jawabannya lantaran mikroplastik dalam kosmetik yang perlu dibilas, termasuk pasta gigi, akan hanyut dan terbawa melalui saluran air ke lautan, yang berpotensi termakan oleh ikan dan organisme laut lainnya. Dengan kata lain, walaupun tidak membahayakan kesehatan manusia, FDA ingin menghindari penumpukan mikroplastik di lautan, yang belum menjadi perhatian dari BPOM. 

Sumber: Unsplash

Kenal mikroplastik lebih jauh

Mikroplastik, meski belum terbukti berdampak buruk bagi kesehatan manusia, dapat mengurangi fungsi kerja hati ikan dalam jangka panjang yang nantinya akan kita konsumsi juga. Selain itu, mikroplastik juga punya karakteristik menyerap polutan dan bahan-bahan kimia lainnya di lautan, seperti yang tercatat dalam jurnal berjudul Marine microplastics as vectors of major ocean pollutants and its hazard to the marine ecosystem and humans (2021). 

Jika termakan ikan, polutan-polutan di lautan akan berakhir di tubuh kita juga. Tanpa mengetahui potensi bahayanya bagi kesehatan pun, siapa sih yang mau tubuhnya terpapar oleh polusi-polusi secara langsung? 

Mengapa ada di kosmetik?

Kalau memang punya sifat yang menyerap polutan, mengapa industri kecantikan menyertakan mikroplastik dalam produk-produk yang mereka pasarkan? Apakah mikroplastik hadir secara tidak sengaja karena ukurannya yang kecil dan tak kasat mata, atau ada agenda untuk meraup lebih banyak laba?

Mikroplastik dalam kosmetik dipilih sebagai opsi yang lebih murah dibanding bahan eksfolian natural lainnya, seperti kacang almond atau oat. Jika dibandingkan dengan bahan-bahan natural tersebut, mikroplastik ukurannya lebih kecil dan lebih tidak abrasif sehingga dapat digunakan lebih sering (Toxicology and Environmental Health Sciences, 2020). Ujung-ujungnya, memang urusan mendongkrak penjualan, karena jika produk perawatan diri dipakai dengan lebih sering, tentu akan lebih cepat habis sehingga kita dapat segera membeli produknya lagi. 

Selain itu, bahan yang mengandung mikroplastik juga punya fungsi untuk membentuk tekstur atau viscosity juga memberikan efek menyamarkan noda-noda hitam dan bekas jerawat, atau yang dikenal sebagai blurring effect. 

Cara mengetahui kosmetik yang mengandung mikroplastik 

Ada beberapa bahan mengandung mikroplastik yang dapat kamu identifikasi dari komposisi bahan kosmetik, misalnya Polyethylene (PE) atau Polyethylene Glycol (PEG), Polypropylene (PP) atau Polypropylene Glycol (PPG), Polymethyl metracrylate (PMMA), Nylon (PA), Polyurethane, dan masih banyak lagi.

Tercatat ada lebih dari 500 bahan yang mengandung mikroplastik yang sering ditemukan di produk kosmetik. Mengingat jumlahnya yang fantastis, tentu mustahil bagi kita untuk mengingat semua bahannya satu per satu. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan aplikasi Beat The Microbead di ponsel pintarmu, sebuah organisasi besutan United Nations Environment Programme (UNEP) yang fokus dengan isu mikroplastik serta menggandeng NGO dari banyak negara di dunia. Tinggal ambil foto komposisi bahan-bahan yang ada di makeup atau skincare-mu, lalu aplikasi Beat The Microbead akan memindai apakah ada bahan dalam produk tersebut yang mengandung mikroplastik.

Lebih baik lagi, jika kamu menggunakan aplikasinya sebelum membeli suatu produk supaya kamu tidak mendukung produk atau brand yang masih banyak menggunakan mikroplastik. Kalau secara kolektif kita mulai menolak produk-produk mengandung mikroplastik, niscaya akan membentuk standar baru bagi para produsen. Perjalanan masih panjang, tapi tak ada salahnya untuk mulai dari sekarang.