Fashion & Beauty

Kenali Bahan Pakaian: Apakah Ketahanan Denim Membuat Jenis Bahan Ini Ramah Lingkungan?

Menelusuri proses produksi denim, bahan yang dipakai oleh berbagai kalangan dan cenderung dapat diwariskan ke generasi berikutnya untuk melihat dampaknya bagi lingkungan.

Written by
Vania Evan
Published
June 18, 2023

Kalau lemari pakaian kita semua diinspeksi, setidaknya akan ada satu bahan pakaian yang sama-sama ada di sana: denim. Tidak hanya digunakan dalam keseharian, pakaian berbahan denim juga turut meramaikan panggung catwalk besar. Belasan hingga puluhan tahun berlalu, denim masih tidak lekang oleh waktu, hanya potongannya saja yang kerap berubah dalam siklus tren fashion. Artinya, satu pakaian berbahan denim sebenarnya bisa bertahan lama. 

Ketahanan denim dapat membuat baju berbahan denim terkesan ramah lingkungan. Tapi untuk mengetes realita dari kesan tersebut, kita perlu menelusuri bagaimana denim diproduksi. 

Proses produksi denim

Denim tradisional terbuat dari 100% kapas, meski ada juga yang mencampur denim dengan bahan-bahan sintetis lain seperti spandex untuk membuatnya lebih mudah direnggangkan untuk potongan-potongan tertentu seperti skinny jeans. Serat-serat kapas ini dipanen, dibersihkan, kemudian diproses mesin untuk menjadi benang. Benang ini kemudian diberikan pewarna, hingga berwarna kebiruan seperti yang sering kita lihat, atau warna-warna lainnya seperti hitam, abu-abu, juga putih.

Kapas, merupakan tanaman yang butuh banyak air untuk tumbuh. Studi yang dilakukan Levi Strauss & Co menyebut bahwa satu pasang jeans yang diproduksi Levi membutuhkan 3.871 liter air, setara dengan kebutuhan air yang orang dewasa butuhkan selama kurang lebih 10 tahun. 

Selain itu, kapas juga merupakan tanaman yang membutuhkan banyak pestisida karena rentan dengan hama. Sebuah artikel dalam Jurnal Crop Protection berjudul Safeguarding production–losses in major crops and the role of crop protection mengestimasi bahwa tanaman kapas di dunia dapat berkurang hingga 80% jika tidak menggunakan pestisida. Penggunaan pestisida ini tidak hanya berdampak negatif bagi kesehatan tanah, tapi juga kesehatan para pekerja ladang. Begitu juga dengan proses pengecatannya. 

Beberapa denim yang warnanya pudar atau terkesan washed juga melalui proses yang tidak baik bagi kesehatan pekerja, yang disebut sandblasting. Sesuai namanya, proses ini menyemprotkan partikel pasir untuk memperhalus bahan pakaian. Partikel pasir yang berukuran lebih kecil dari biasanya beresiko untuk terhirup oleh para pekerja dan berakhir di paru-paru mereka.

Proses produksi denim yang lebih baik

Dari semua dampak lingkungan yang diakibatkan dari produksi denim di atas, sudah ada beberapa praktik-praktik yang lebih baik. Misalnya penggunaan kapas hasil daur ulang, penumbuhan kapas organik yang tidak menggunakan pestisida, dan pemanfaatan bahan pewarna natural. 

Untuk mengurangi penggunaan air yang intensif dalam menumbuhkan kapas, mulai ada bentuk-bentuk teknologi yang dapat menghemat air seperti ozone washing dan pemanfaatan laser. Selain mengurangi kuantitasnya, teknologi pengukuran konsumsi air juga dapat digunakan untuk mengetahui dampak lingkungan dari proses rantai produksi denim, seperti Higg Facility Environment Module atau EIM milik Jeaonologia.

Berhubung upaya-upaya tersebut di atas di luar kontrol kita sebagai konsumen, tetap ada cara-cara yang bisa kita lakukan untuk memperpanjang umur pakaian berbahan apa pun. Mulai dari membeli baju bekas, memilih baju berkualitas baik agar tahan lama, memperbaiki jika rusak, dan kalau sampai sudah benar-benar tidak dapat digunakan lagi, mengopernya ke pihak lain yang punya kapasitas untuk mengolah kembali baju kita.